Sabtu, 05 November 2011

Jangan Panggil Aku "si Padang"



Sumpah demi apapun…
Aku ga habis pikir, dari mana kisah bermula ketika pada akhirnya ‘Orang Minang ‘ justru disebut sebagai ‘Orang Padang’…?
Seiring berjalannya waktu, kerancuan itu ngalir gitu aja…
kayaknya, kita anak negeri penghuni Ranah Minang sendiri, kalem-kalem ajah.
kayaknya juga , kita Orang Minang udah ngebenerin gitu ajah ketika kita yang terlahir di Bukittinggi, ketika kita yang terlahir di daerah Sumatra Barat lainnya, justru kita dipanggil sebagai “Orang Padang”

Sebutan ‘Orang Padang’ agaknya memang lebih lekat di benak banyak orang ketimbang menyebut “Orang Minang”

Padahal sesungguhnya, bukankah Padang itu sendiri hanyalah setumpak kecil wilayah dalam sebentang hamparan luas Ranah Minang nan rancak bana?

Tapi kenapa orang luar Minang lidahnya justru lebih fasih menyebut istilah ‘Orang Padang’ ketimbang ‘Orang Minang’ ?

Mereka lebih terbiasa menyebut ‘Adat Padang’ ketimbang ‘Adat Minang’…?

Mereka terbiasa menyebut Bahasa Padang ketimbang Bahasa Minang…?

Dan kitapun sadar atau tidak, dimana-mana tanah perantauan terlalu sering melabeli diri dengan label “Padang” daripada ‘Minang’

Maka yang tersohor justru ‘Rumah Makan Padang’…bukan ‘Rumah Makan Minang’.

Padahal di kota Padang sendiri tidak pernah ada Rumah Makan Padang kan?

Meski kelezatan Sate Padang diperantauan menjadi buah bibir banyak orang, namun bukankah di Ranah Minang sendiri (diderah Sumatera Barat) Sate Padang yang sesungguhnya justru kalah pamor ketimbang Sate Pariaman si ajo !!! hehehe…

Kita sendirikah yang telah membengkokkan sebutan “Minang” menjadi “Padang”…?

Ataukah memang kita sepakat dan setuju-setuju begitu saja ketika darah Minang yang mengalir ini disebut sebagai darah Padang..?

yang paling ga enak itu ketika buka Facebook, ada ajah sahabat jauh  yang menyapa, lalu bertanya..
“Bagaimana kabar Padang,? Kami rindu Jam Gadang dan Ngarai Sianoknya…!”

Bahkan sahabatku di perantauan yang kampung kelahirannya di Payakumbuh-pun justru ikut-ikutan juga juga menyebut: 
‘rindu mudik ke Padang’ Lebaran mendatang

maka berkali-kali pula aku meluruskan pertanyaan dan pernyataan sahabat-sahabatku itu bahwa :

aku bukan di Padang….!
Ngarai Sianok dan Jam Gadang itupun bukanlah di Padang
tapi di Bukittinggi..!
Payakumbuh itu 150 km lebih dari kota Padang…(baa kok sato lo manyabuik ‘mudik ke Padang’ Mpuang…?)

“Oh, bukannya Bukittinggi itu di Padang juga Ra?” begitulah tragisnya sahabat-sahabatku sering rancu dalam membayangkan Ranah Minang.

Begitu makin populernya istilah ‘Orang Padang’ ketimbang Orang Minang, makanya kalau ada yang mengatakan bahwa :
Orang Padang itu pelit. saya jawab: iya…!
 
Kalau ada yang bilang : Orang Padang itu licik, saya jawab: iyaa juga…!
 
Kalau ada yang bilang :  Orang Padang itu doyan ngibul, gadang ota (besar omongan), gadang suaro (gede suara), gadang garegak (banyak tingkah) : yaaa…saya jawab iya…!

Lho..?

Kok iya…..iyaaa…. iyaaa aja…?

Habis,..saya bukan Orang Padang siiih…saya kan Orang Bukittinggi..!, terus aja gitu, becandaan kayak gini cuman sekedar menghibur diri ketika ‘ke-MINANG-anku terasa begitu mengganjal saat aku dipanggil sebagai “Si Padang” atau “Padang Bengkok”.

Aku harap setelah baca tulisan ini , aku ga akan pernah mendengar sebutan si Padang atau Padang bengkok atau bahkan Padang pelit.  hehehehe,, tapi klo masih ada yang menyebut hal demikian juga tak apa-apa kok selama belom ada Undang-Undang yang berlaku. lagian pelit disini berarti agak sedikit perhitungan soal duit..(cocok utk jd tukang audit).wkwkwkw :P


*dibelakang aku namanya Rumah Gadang. Rumah Tradisional Minangkabau*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar